7 Juli 2013

July untuk Okto #Part2

 Sepulang sekolah July langsung menuju kamarnya. Ia membanting pintu kamarnya dan ngomong sendiri di depan kaca kamarnya.

“Ada ya cowok kayak gitu. Orang cuma berniat baik kok, pengen tahu gitu apa masalahnya. Mana tau aku bisa bantu. Malah di cuekin. Huuuh, keseeeelll,”Teriak July dengan kesal.

Sang mama yang mendengar itu, langsung menghampiri putrinya itu.

“Ada apa sih sayang, pulang sekolah langsung cemberut gitu. Gimana sekolah barunya? Temannya menyenangkan gak?”tanya mamanya.
“teman-temannya asik semua kok ma, tapi ada satu cowok yang menyebalkan yang gak banget deh pokoknya,”ujar july cemberut.
“hari pertama aja kamu udah mikirin cowok, apalagi hari selanjutnya ya. Hihihi ada-ada aja nih anak mama.”
“iiihh, mama apaan sih. Ini cowok beda banget deh pokoknya ma. gak pernah aku ketemu cowok yang kayak gini sebelumnya.”
“nah, mungkin dia tuh cinta sejatimu, jul. Hati-hati lohh...”ucap mama nya genit.
“mamaaaaaa..... apa-apaan sih. Orang lagi kesel juga, malah digodain.”ucap july kesal.
“hihihi, mama kan becanda sayang. Udah, makan dulu sana. Mama udah buatin masakan kesukaan kamu tuh, ayam goreng spesial.”ucap sang mama sambil pergi dari kamar july.
“oke ma, aku nyusul ntar yaa.”
***

Malam itu langit sangat indah. Bintang-bintang bertaburan dengan kerlap-kerlip yang gemerlapan. Sang rembulan tampaknya sedang asyik menyinari kota jakarta malam ini. Dikamarnya, july telah selesai belajar dan mengeluarkan diarynya. Ia menuliskan kejadian demi kejadian yang ia lewati hari ini. Tanpa ia sadari, ia banyak membahas okto di diarynya. 

Mulai dari tatapan okto, cara jalan okto sampai model rambut okto yang culun itu. Walaupun pertama kali melihat okto, namun rasanya ia telah lama mengenalnya. Ini memang terlihat konyol, namun itulah yang tengah ia rasakan. Ia tahu pasti okto pasti sangat menyukai sastra, walaupun ia hanya sekali memergoki okto melihat buku sastra. Ia juga melihat dari tatapan okto, bahwa ia mempunyai beban yang cukup berat sehingga menyebabkan perilaku dan penampilannya menjadi seperti itu. Padahal july pertama kali bertemu okto, namun ia telah menerka banyak tentang okto.

“ahhh, kok aku jadi nulis okto  gini sih...”ucapnya menyadari tulisannya panjang dan yang dibahas hanya tentang okto.
“udah ah, pokoknya besok aku harus tanya semuanya sama okto. “
Diam-diam july merindukan tatapan mata okto yang walaupun misterius tetapi ia tahu dalamnya penuh dengan keromantisan. Tapi kemudian ia menepis itu, gak mungkin ia bisa suka sama cowok aneh kayak okto. Diluar kamarnya bintang baru semakin banyak bermunculan. Menghiasi langit malam yang sangat indah Seperti halnya rasa yang baru dirasakan oleh july menghiasi hati kecilnya. July tak menyadari ada rasa yang tumbuh di hatinya.
***

Ketika waktu istirahat , july terlihat mendekati okto yang tak banyak bicara itu di meja belajarnya. Ia tahu mungkin ia terkesan agresif atau apalah, yang penting niatnya cuma bisa membantu okto dalam masalahnya. Namun, ketika ia terus bercerita panjang lebar kepada okto cowok itu hanya diam tak menanggapi . sampai suatu ketika, july tak sabar atas rasa penasarannya bertanya pada okto.

“to, sebenarnya ada apa sih sama kamu. Kok kayaknya kamu menghindar gitu dari teman-teman disini. Ada masalah ya?”tanya july dengan tatapan lembut. 
Okto tetap diam tak menanggapi  pertanyaan july.
July melanjutkan perkataannya. “kalo memang ada, kamu cerita aja sama aku.. mana tau aku bisa sedikitnya membantu kamu.”ucap july perhatian.

Beberapa menit keduanya hanya terdiam dan tak bersuara. July menunggu respon dari okto. Dan kemudian beberapa kata muncul dari mulut okto dan membuat july membungkam.
“lo ini siapa sih, dari kemarin ingin tau banget kehidupan gue. Gue gak suka kalo ada yang iku campur dalam masalah gue. Lebih baik lo pergi aja, gue lebih suka sendiri dibanding diganggu cewek reseh kayak lo,”ucap okto dengan nada membentak.

Ucapan okto sangat menohok hati july. Benar juga, memang siapa betul ia ini,ia hanya anak baru disini dan berani-beraninya ikut campur masalah orang yang baru dikenalnya. Entah kenapa, mendengar jawaban okto, air mata july langsung menggenang di matanya dan ia langsung pergi dengan air mata yang telah jatuh dari tempat persembunyiannya. Dari dulu memang tak bisa dibentak dan sekalinya dibentak ia langsung meneteskan air mata.

Melihat ada air mata yang tergenang di mata itu, ada sedikit penyesalan di hati okto. Tak seharusnya ia membentak gadis yang telah perhatian kepada dirinya itu. Tapi apa daya, emosinya terlalu memuncak sehingga ia tak tahu apa yang seharusnya ia lakukan lagi. Okto terlalu banyak menanggung beban. Ya, ia merasa terkekang dengan kehidupannya. Ia tak bebas menentukan hidupnya sendiri. 

Berawal dari orang tuanya yang selalu menginginkan okto untuk berada di kelas IPA. Padahal jiwanya tidak disini. Dari dulu ia menyenangi sastra dan ia ingin berada dikelas bahasa. Ia memberontak kepada orang tuanya yang terus memaksanya. Orang tuanya ingin agar okto seperti kakak-kakaknya menjadi dokter dan ilmuwan. Tapi okto tak ingin seperti mereka, ia ingin menjaadi seorang sastrawan. Namun, orang tuanya tak memberi okto kesempatan untuk mengutarakan keinginannya. Alhasil, okto menjadi pribadi yang seperti ini. Ia selalu berusaha membaca buku IPA, namun sebenarnya ia tak menangkap satupun pelajaran itu. 

Okto bertekad bahwa besok ia harus meminta maaf pada july. July sudah baik kepadanya. Ia tak bisa mengungkiri bahwa sebenarnya ia mulai simpati pada gadis itu. Ia tahu, sebenarnya july hanya ianging membantunya. Tapi ia malah melakukan kesalahan terhadap gadis manis itu. Siang itu, okto bertekad untuk memperbaiki dirinya kepada july. Ia tak mau ada lagi tetes air yang menggenang dimata indah gadis itu. “iya, gue harus minta maaf sama july!”ucapnya serius.
***

Dan pagi ini july terus mengeluarkan air matanya. Ia terus terbayang perkataan okto yang membentaknya kemarin. Memang ia tak bisa dibentak, sehingga perkataan okto kemarin sangat membekas dihatinya. Walaupun tatapannya lurus menuju jendela yang basah akan rintikan hujan itu, tapi pikirannya terus menyadari kesalahannya.

 “Apa yang aku lakuin ini salah ya? Aku memang orang yang tak tau malu. Aku telah mencampuri masalah orang lain. Tapi mengapa aku mau memperhatikan masalahnya? Mengapa aku mau menangis karenanya?  Apa ada sesuatu yang aku sembunyikan dalam hatiku, ya... aku tak bisa menyangkal bahwa aku telah menyukainya. Tatapan nya telah membutakanku. Aku tak tau, kenapa aku bisa suka padanya. Padahal sikapnya sangat ketus kepadaku.”

July terus menangis sambil sesekali menelungkupkan wajahnya diantara lututnya. Ia tau hari ini adalah tanggal 20 juli yang berarti ini hari ulang tahunnya. Tapi ntah mengapa ia merasa ulang tahun kali ini sangat menyedihkan. Benar-benar menyedihkan. 

Beberapa saat kemudian mama dan papa july masuk ke kamarnya. Sambil membawa kue tart coklat mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun. July mengelap air matanya yang sudah mengering, ia tersenyum kepada sosok yang sangat ia cintai itu. 

“happy birthday sayang, semoga kedepan nya kamu bisa menjadi anak yang lebih baiknya,”ucap papanya sambil mencium kening putrinya.
“selamat ulang tahung yaa anak mama yang bandel, semoga di umur mu yang ke-16 ini bisa menjadi anak yang kuat dan tambah dewasa dalam menghadapi semua masalah,”sang mama juga mencium kening july.
“makasih ya ma, pa. Aku sayang kalian,”ucap july sambil memeluk kedua orang tuanya. 

Setelah menyelesaikan acara kecil-kecilan dengan orang tuanya, terdengar bunyi orang yang mengetuk pintu rumahnya. July langsung membuka pintu rumahnya. Ia mendapati sesosok lelaki yang membuat ia menangis semalaman. Ya, okto kini sudah berada di depan rumahnya. Okto langsung menyapa july.

“hai jul, apa kabar?”tanya okto gugup.
“baik kok, kamu dari mana tau rumah aku?”tanya july heran.
“hmm, tak sulit bagiku untuk mengetahui alamat rumahmu. Boleh gue ngajak lo jalan?”
July memandang okto heran. Ada apa dengan cowok ini? Mengapa ia berubah 180 derajat. Namun july mengiyakan ajakan okto dan melupakan apa yang sedang terjadi di antara mereka berdua.
“oke, emangnya kita mau kemana?”
“pokoknya lo ikutin gue aja deh,”ucap okto seraya mengenggam tangan july.

Saat itu pula jantung july berdegup kencang. Ada apa ini? Kenapa jantungnya mendadak menjadi tak karuan begini. Tangan okto yang hangat terus membawa july menuju mobilnya.
“jadi kita mau ke taman?”tanya july sesampainya mereka di tempat tujuan.
‘iya, jul. Ada yang pengen gue omongin sama lo.”
“ada apa?”tanya july.
“gue bener-bener minta maaf atas perilaku gue kemarin. Gue tau lo sakit hati sama gue. Tapi gue nyesel jul, gue nyesel banget.”ujar okto penuh penyesalan.
“iya aku udah maafin kamu kok, aku gak papa Cuma dari dulu aku paling gak bisa dibentak,”
“iya jul, gue minta maaf banget ya. Gue di kuasai emosi jadi gue gak tau apa yang gue omongin,”aku Okto.
“Ya udah, gak papa kok,”
“oh iya ada satu lagi yang pengen gue omongin, makasih ya udah perhatian banget sama gue. Gue gak tau lagi bagaimana gue harus minta maaf sama lo. Jelas-jelas lo perhatian banget sama gue, malah gue perlakuin lo kayak gitu. Gue benar-benar nyesel, jul.”ucap okto sambil menatap mata july lekat-lekat.

July terpesona dengan okto yang berani mengakui kesalahannya. Dan ia rasa okto benar-benar menyesal dengan perkataannya kemarin. Mata itu terus menatap ke arah july. July salah tingkah dibuatnya. Namun ia berusaha menutupi itu semua dari okto. 

Dan pada akhirnya okto menceritakan juga masalah yang ia hadapi pada july. Entah mengapa cowok ini menjadi mau bercerita panjang lebar di hadapan cewek ini. Padahal sebenarnya okto termasuk anak yang tertutup. Tak satupun murid di sekolahan yang tahu akan masalahnya. Namun pada july ia merasa nyaman untuk menceritakan semuanya. 

July mendengarkan dengan seksama setiap penuturan yang diucapkan okto. Baginya ia merupakan orang yang beruntung banget bisa menjadi tempat curhat cowok misterius ini. Ternyata sisi lain dari okto ini sangatlah berbeda dengan yng sering ia perlihatkan. 

Di akhir pertemuan, okto berkata,
“makasih ya jul, lo satu-satunya orang yang bisa gue percaya. Makasih ya.”
“iya to, gue juga berterima kasih bisa menjadi orang kepercayaan lo,”
“mulai sekarang kita temen kan?”ucap okto sambil mengacungkan jari kelingkingnya.
“oke deh”july membalas uluran kelingking itu.
“gue harap kita bisa lebih dari teman jul,”bisik okto.
“apa to?”tanya july.
“eh gak ada kok, aku cuma bergumam gak jelas aja. Ayok jul, kita pulang!”
***

*To be continue*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau ada yang mau disampaikan tinggalkan comment ya ^^ Thank you :)