Pagi
ini mentari tampaknya enggan memperlihatkan dirinya. Hanya rerintik hujan yang terus bergulir
bersamaan dengan rintik air mata yang keluar dari mata seorang gadis. Gadis itu
hanya menatap sendu kearah jendela kamarnya. Hari ini seharusnya menjadi hari
yang istimewa untuk july. Namun, sampai saat ini gadis itu tak menampakkan
wajah bahagianya. Padahal ia tak pernah mengeluarkan air mata seperti ini. Ia
hanya menatap nanar jendela kamarnya. Entah apa yang ada di pikirannya, mungkin
ada hubungannya dengan kejadian beberapa hari ini.
***
“Pagi
papa, pagi mama,”sapa july dengan senyum sumringahnya.
“Pagi
juga sayang. Senang bener nih kayaknya, “jawab papa nya.
“iya
donk pa,”ujar july sambil mengolesi rotinya dengan selai coklat kesukaannya.
“Gimana
sayang, udah siap kan semua keperluan buat hari pertama di sekolah barunya?”
“Udah
kok ma. aman,”ujarnya seraya melingkarkan jempol dan jari telunjuk tangan
kanannya.
“Oke,
sekarang buruan berangkat gih ke sekolah. Masa hari pertama di sekolah baru kamu
terlambat,”ujar mama nya dengan lembut.
“Oh
yaudah ma, pa. Aku berangkat dulu ya. Love you,”july berpamitan kepada orang
tuanya.
Hari
ini adalah hari pertama july sekolah di SMA Persada di Jakarta. Ia mengikuti
sang papa yang memang harus bekerja berpindah-pindah. Sebagai polisi, papanya
memang harus bersedia ditempatkan dimana saja. Dan kali ini papanya dipindahkan
ke jakarta setelah menetap di bandung beberapa tahun. Tentunya hal ini juga
berdampak untuk july. Ia tak pernah menetap di suatu sekolah lebih dari 2
tahun. Merasakan hal ini, ia pernah mengutarakannya kepada sang mama.
“Ma,
kalau papa pindah terus seperti ini mana pernah aku dapat teman dekat. Setiap
aku dekat dengan seseorang pasti akhirnya harus pisah jua,”ujarnya suatu hari
ketika akan berangkat ke jakarta dengan wajah sendu.
“Ini
memang sudah resiko kita nak, sebagai keluarga polisi kita memang harus seperti
ini. Kamu syukuri saja, kalau tentang teman dekat ditempat baru nanti kamu juga
akan mendapatkannya kembali kok.”jawab sang mama sambil mengusap rambut anak
semata wayangnya.
“Iya,
aku memang bisa mendapatkannya kembali. Tapi nanti suatu saat aku juga bakal
berpisah lagi kan sama mereka,”ucapku sedih.
Kali
ini mamanya tak menjawab apa-apa. Ia hanya diam sambil terus mengusap lembut
rambutku.
“Udah
ayo sana buruan ke sekolah jul, apa lagi yang kamu lamunin,”ujar mama melihat
july masih berdiri di depan pintu.
“Eh
iya ma, aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum.”
***
Dalam
perjalanannya menuju kelas, ia melihat seorang cowok yang duduk sendiri di
taman yang berhadapan langsung dengan lapangan basket. Cowok itu berkacamata
tebal dan dengan sebuah buku ditangannya. July menghampirinya dan duduk
disamping cowok itu.
“Hai,
aku july. Namamu siapa?”sapa july dengan senyum sumringah.
“Aku
okto,”jawabnya singkat dan langsung melemparkan pandangannya ke depan.
“Mmm..
sepertinya anak ini gak punya teman deh, atau mungkin dia lagi ada
masalah,”pikir july dalam hati.
“Hmm,
aku anak baru disini. Apa kamu tau kelas 11 ipa 3?”tanyaku hati-hati.
“Itu
disana, “dia menunjuk dengan telunjuknya ke arah kelas yang tepat di samping
kantin. “Bareng aja masuknya sama gue, gue juga di kelas itu.”
Bertepatan
dengan itu, bel masuk pun berbunyi. July hanya diam disamping okto yang
tampaknya begitu kaku. Mereka menuju kelas yang ditunjuk okto tadi. Diam-diam
july menatap kesampingnya, dan bergumam dalam hati “manis juga ini cowok, kalau
kacamatanya dilepas pasti lebih kelihatan gantengnya.”
Karena
kelamaan menatap okto, akhirnya okto menyadari tatapan itu.
“Kenapa
lo lihat-lihat gue kayak gitu?” ucapnya tak senang.
“Eng..
anu... hm.. gak kok. Aku cuma liat-liat lingkungan sekolah ini aja,”jawab july
gelalapan.
“Gue
tau lo bohong, tapi ya udahlah ayo kita masuk,”ucapnya datar.
“Cowok
ini aneh banget. Kayaknya banyak misteri didalam tatapannya itu. Hiiii, takut
juga,”pikir july dalam hati.
***
Di
dalam kelas, july dengan cepatnya bergaul dengan teman-teman lainnya. July
memang orang yang senang bergaul dan orangnya menyenagkan. Tak jarang, jika di
tempat baru ia langsung diterima dengan senang hati. Otaknya memang tak terlalu
cerdas, namun karena sikapnya yang menyenangkan ia juga dengan mudah diingat
oleh guru. Benar-benar pribadi yang asik.
Namun
ketika july tengah asik bercerita tentang kejadian-kejadian lucu disekolahnya
dulu, ada satu sosok yang tak ikut mendengarkannya. Sosok itu hanya duduk
dipojokan sambil membolak-balikkan buku. July melihat itu dengan ujung matanya.
Ia menyadari bahwa sosok itu adalah cowok yang ditemuinya pagi tadi. July terus
melanjutkan ceritanya sambil sesekali mencuri pandang ke arah cowok itu.
Di
kantin, july menanyakan hal yang tak bisa ia tutupi dari tadi kepada rina,
teman sebangkunya.
“Rin,
kamu tau gak kenapa okto selalu menyisihkan diri dari kelas. Akupikir dia itu
sedang ada masalah mungkin ya. Mangkanya kesannya menghindar gitu waktu aku
cerita tadi.”
“Oh,
si okto itu memang kayak gitu orangnya. Gak mau bergaul dengan kita-kita ini. Kata
temennya yang kelas 10 lalu sih, okto orangnya asik kok. Tapi iaa berubah
semenjak kelas 11 ini.”jawab rina.
“Emangnya
kalian gak pernah gitu ngedekatinnya. Tanya kek gitu, ada masalah apa,”tanya
july penasaran.
“Ngedekatin
gimana maksud lo jul, ngeliat tatapannya aja kita udah pada takut. Lebih baik
lo gak usah deketin dia jul, dari pada ntar sakit hati,”ucap rina menasihati.
“Iya
juga sih, kayaknya dia punya beban berat gitu. Keliatan dari matanya,”
“Mungkin,
kerja nya di sekolah ya kalo gak ngelamun ya baca-baca buku gitu deh.”
“Mmm,
gitu ya.”
Dalam
hati july terus berpikir bagaimanapun ia harus menjadi temannya okto. Ia terus
mencari tahu masalah apa yang sedang dihadapi okto yang dikenal kaku dan
misterius itu. “harus, pokoknya harus!”tekadnya dalam hati.
***
Ketika
pulang sekolah, july mengikuti okto keluar sekolah. Ia sangat penasaran dengan
apa yang ada dibalik sosok okto. Dengan bersusah payah supaya tidak diketahui
okto, july akhirnya bisa mengikuti kemana okto akan pergi. Ternyata dia pergi
ke toko buku. Dan setelah dilihat-lihat ternyata dia sedang membaca buku
tentang sastra. “Hmm, gak nyangka orang kayak okto senang membaca buku
sastra,”pikir july.
Ketika
july sedang asyik melihat-lihat buku, dari belakang ia merasakan ada yang
memegangya. July berbalik dan ia mendapati cowok itu tengah melihatnya dengan tatapan misterius.
“eh
lo, ngapain disini? Apa lo yang ngikutin gue dari tadi?”tanya okto dengan
tatapan misteriusnya.
“enak
aja kamu nuduh-nuduh gue. Aku emang mau ke toko buku ini kok. Mau nyari buku
pelajaran,”jawab july tak kalah sengitnya.
“alah,
alasan lo aja itu mah. Gue tau kok, dari sekolah tadi gue diikutin sama
seseorang.”
“hmm,
iya deh aku ngaku. Aku cuma ingin tau banyak tentang kamu kok to. Gak ada
maksud jahat apapun, beneran deh.”jawab july nyengir sambil memperlihatkan gigi
kelincinya.
“udahlah,
gue gak jadi beli buku. Gak napsu gue liat muka lo.”okto langsung ngeluyur
pergi dengan july yang terus menatap punggungnya yang menjauh.
“benar-benar
cowok yang aneh,”batin july.
***
*bersambung*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kalau ada yang mau disampaikan tinggalkan comment ya ^^ Thank you :)