3 Juli 2013

July untuk Okto #Part1

Pagi ini mentari tampaknya enggan memperlihatkan dirinya.  Hanya rerintik hujan yang terus bergulir bersamaan dengan rintik air mata yang keluar dari mata seorang gadis. Gadis itu hanya menatap sendu kearah jendela kamarnya. Hari ini seharusnya menjadi hari yang istimewa untuk july. Namun, sampai saat ini gadis itu tak menampakkan wajah bahagianya. Padahal ia tak pernah mengeluarkan air mata seperti ini. Ia hanya menatap nanar jendela kamarnya. Entah apa yang ada di pikirannya, mungkin ada hubungannya dengan kejadian beberapa hari ini.
***

“Pagi papa, pagi mama,”sapa july dengan senyum sumringahnya.
“Pagi juga sayang. Senang bener nih kayaknya, “jawab papa nya.
“iya donk pa,”ujar july sambil mengolesi rotinya dengan selai coklat kesukaannya.
“Gimana sayang, udah siap kan semua keperluan buat hari pertama di sekolah barunya?”
“Udah kok ma. aman,”ujarnya seraya melingkarkan jempol dan jari telunjuk tangan kanannya.
“Oke, sekarang buruan berangkat gih ke sekolah. Masa hari pertama di sekolah baru kamu terlambat,”ujar mama nya dengan lembut.
“Oh yaudah ma, pa. Aku berangkat dulu ya. Love you,”july berpamitan kepada orang tuanya.

Hari ini adalah hari pertama july sekolah di SMA Persada di Jakarta. Ia mengikuti sang papa yang memang harus bekerja berpindah-pindah. Sebagai polisi, papanya memang harus bersedia ditempatkan dimana saja. Dan kali ini papanya dipindahkan ke jakarta setelah menetap di bandung beberapa tahun. Tentunya hal ini juga berdampak untuk july. Ia tak pernah menetap di suatu sekolah lebih dari 2 tahun. Merasakan hal ini, ia pernah mengutarakannya kepada sang mama.

“Ma, kalau papa pindah terus seperti ini mana pernah aku dapat teman dekat. Setiap aku dekat dengan seseorang pasti akhirnya harus pisah jua,”ujarnya suatu hari ketika akan berangkat ke jakarta dengan wajah sendu.
“Ini memang sudah resiko kita nak, sebagai keluarga polisi kita memang harus seperti ini. Kamu syukuri saja, kalau tentang teman dekat ditempat baru nanti kamu juga akan mendapatkannya kembali kok.”jawab sang mama sambil mengusap rambut anak semata wayangnya.
“Iya, aku memang bisa mendapatkannya kembali. Tapi nanti suatu saat aku juga bakal berpisah lagi kan sama mereka,”ucapku sedih.
Kali ini mamanya tak menjawab apa-apa. Ia hanya diam sambil terus mengusap lembut rambutku.

“Udah ayo sana buruan ke sekolah jul, apa lagi yang kamu lamunin,”ujar mama melihat july masih  berdiri di depan pintu.
“Eh iya ma, aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum.”
***
Dalam perjalanannya menuju kelas, ia melihat seorang cowok yang duduk sendiri di taman yang berhadapan langsung dengan lapangan basket. Cowok itu berkacamata tebal dan dengan sebuah buku ditangannya. July menghampirinya dan duduk disamping cowok itu.

“Hai, aku july. Namamu siapa?”sapa july dengan senyum sumringah.
“Aku okto,”jawabnya singkat dan langsung melemparkan pandangannya ke depan.
“Mmm.. sepertinya anak ini gak punya teman deh, atau mungkin dia lagi ada masalah,”pikir july dalam hati.
“Hmm, aku anak baru disini. Apa kamu tau kelas 11 ipa 3?”tanyaku hati-hati.
“Itu disana, “dia menunjuk dengan telunjuknya ke arah kelas yang tepat di samping kantin. “Bareng aja masuknya sama gue, gue juga di kelas itu.”

Bertepatan dengan itu, bel masuk pun berbunyi. July hanya diam disamping okto yang tampaknya begitu kaku. Mereka menuju kelas yang ditunjuk okto tadi. Diam-diam july menatap kesampingnya, dan bergumam dalam hati “manis juga ini cowok, kalau kacamatanya dilepas pasti lebih kelihatan gantengnya.”

Karena kelamaan menatap okto, akhirnya okto menyadari tatapan itu.
“Kenapa lo lihat-lihat gue kayak gitu?” ucapnya tak senang.
“Eng.. anu... hm.. gak kok. Aku cuma liat-liat lingkungan sekolah ini aja,”jawab july gelalapan.
“Gue tau lo bohong, tapi ya udahlah ayo kita masuk,”ucapnya datar.
“Cowok ini aneh banget. Kayaknya banyak misteri didalam tatapannya itu. Hiiii, takut juga,”pikir july dalam hati.
***

Di dalam kelas, july dengan cepatnya bergaul dengan teman-teman lainnya. July memang orang yang senang bergaul dan orangnya menyenagkan. Tak jarang, jika di tempat baru ia langsung diterima dengan senang hati. Otaknya memang tak terlalu cerdas, namun karena sikapnya yang menyenangkan ia juga dengan mudah diingat oleh guru. Benar-benar pribadi yang asik.

Namun ketika july tengah asik bercerita tentang kejadian-kejadian lucu disekolahnya dulu, ada satu sosok yang tak ikut mendengarkannya. Sosok itu hanya duduk dipojokan sambil membolak-balikkan buku. July melihat itu dengan ujung matanya. Ia menyadari bahwa sosok itu adalah cowok yang ditemuinya pagi tadi. July terus melanjutkan ceritanya sambil sesekali mencuri pandang ke arah cowok itu.

Di kantin, july menanyakan hal yang tak bisa ia tutupi dari tadi kepada rina, teman sebangkunya.

“Rin, kamu tau gak kenapa okto selalu menyisihkan diri dari kelas. Akupikir dia itu sedang ada masalah mungkin ya. Mangkanya kesannya menghindar gitu waktu aku cerita tadi.”
“Oh, si okto itu memang kayak gitu orangnya. Gak mau bergaul dengan kita-kita ini. Kata temennya yang kelas 10 lalu sih, okto orangnya asik kok. Tapi iaa berubah semenjak kelas 11 ini.”jawab rina.
“Emangnya kalian gak pernah gitu ngedekatinnya. Tanya kek gitu, ada masalah apa,”tanya july penasaran.
“Ngedekatin gimana maksud lo jul, ngeliat tatapannya aja kita udah pada takut. Lebih baik lo gak usah deketin dia jul, dari pada ntar sakit hati,”ucap rina menasihati.
“Iya juga sih, kayaknya dia punya beban berat gitu. Keliatan dari matanya,”
“Mungkin, kerja nya di sekolah ya kalo gak ngelamun ya baca-baca buku gitu deh.”
“Mmm, gitu ya.”

Dalam hati july terus berpikir bagaimanapun ia harus menjadi temannya okto. Ia terus mencari tahu masalah apa yang sedang dihadapi okto yang dikenal kaku dan misterius itu. “harus, pokoknya harus!”tekadnya dalam hati.
***
Ketika pulang sekolah, july mengikuti okto keluar sekolah. Ia sangat penasaran dengan apa yang ada dibalik sosok okto. Dengan bersusah payah supaya tidak diketahui okto, july akhirnya bisa mengikuti kemana okto akan pergi. Ternyata dia pergi ke toko buku. Dan setelah dilihat-lihat ternyata dia sedang membaca buku tentang sastra. “Hmm, gak nyangka orang kayak okto senang membaca buku sastra,”pikir july.


Ketika july sedang asyik melihat-lihat buku, dari belakang ia merasakan ada yang memegangya. July berbalik dan ia mendapati cowok itu tengah melihatnya dengan tatapan misterius.

“eh lo, ngapain disini? Apa lo yang ngikutin gue dari tadi?”tanya okto dengan tatapan misteriusnya.
“enak aja kamu nuduh-nuduh gue. Aku emang mau ke toko buku ini kok. Mau nyari buku pelajaran,”jawab july tak kalah sengitnya.
“alah, alasan lo aja itu mah. Gue tau kok, dari sekolah tadi gue diikutin sama seseorang.”
“hmm, iya deh aku ngaku. Aku cuma ingin tau banyak tentang kamu kok to. Gak ada maksud jahat apapun, beneran deh.”jawab july nyengir sambil memperlihatkan gigi kelincinya.
“udahlah, gue gak jadi beli buku. Gak napsu gue liat muka lo.”okto langsung ngeluyur pergi dengan july yang terus menatap punggungnya yang menjauh.
“benar-benar cowok yang aneh,”batin july.
***


*bersambung*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau ada yang mau disampaikan tinggalkan comment ya ^^ Thank you :)