5 November 2017

Bertarung Melawan Badai

Minggu, November 05, 2017 0
Pada suatu masa hiduplah seorang anak gadis berumur 11 tahun. Ia mempunyai keluarga yang lengkap dengan kedua orang tua yang bisa dibilang cukup berada dan 2 orang adik yang menggemaskan. Suatu hari ia dihadapkan pada pilihan yang akan mengubah hidupnya kelak. Ia tidak tahu apa yang terjadi tiga tahun lagi, 6 tahun lagi atau bahkan 10 tahun lagi. Ia hanya pasrah pada pilihan sebenarnya bukan pilihan yang ia buat sendiri, melainkan kehendak orang tuanya.

Maka, dimulailah perjalanan barunya. Berada di lingkungan baru yang jauh dari kedua orang tua dan keluarganya. Anak ini berusaha untuk beradaptasi cepat dan mengikuti peraturan hidup disana. Setahun, dua tahun ia berjuang bukan tanpa ujian. Pernah ia dihadapkan pada musibah yang membuatnya tidak kuat dan ingin menyerah. Namun orang tuanya berusaha untuk membuat ia bertahan, dan melanjutkannya hingga tahap terakhir. 

Setelah setahun berjalan, ia merasa menikmati kehidupan disana. Dengan prestasi yang berhasil ia torehkan membuatnya mengetahui kelebihannya dibanding teman-temannya. Ia mampu menggungguli temannya dalam suatu hal dan membuatnya dapat bertahan hingga waktu itu tiba. Ia mendapatkan pelajaran baru disana, walaupun dengan serba keterbatasan ia dapat membuktikan bahwa ia bisa membanggakan kedua orang tuanya. Namun saat ia berusaha untuk mencapai lebih, ujian itu datang.

Ia memang anak kecil namun ia dapat merasakan waktu itu akan segera datang. Ia mengamati apa yang terjadi, apa yang berubah, dan apa yang dikatakan orang dewasa itu. Setiap kali ia pulang ke rumah tidak pernah tidak ada air mata. Terkadang ia dapat melewatinya, namun terkadang ia merasa tak mampu. Hal yang sering ia tanyakan dalam hati, "Kenapa kejadian ini menimpanya, kenapa tidak orang lain saja?" "Bukankah aku sudah berusaha sebaik mungkin? Tapi kenapa mereka tetap tidak menghiraukan  itu dan tetap membuat keributan? Lalu apa arti hadirku, kalau yang kulihat hanya sebuah permusuhan?"

Mungkin banyak hal yang di rasakan oleh gadis itu, ia memang tak bisa mengungkapkannya namun yang pasti ia tahu kejadian ini akan terus-menerus terjadi dan rasa sakit ini akan terus ada di dalam hatinya. Hingga pada akhirnya kekhawatirannya pun terbukti. Setelah semua prestasi ia torehkan dengan semangat ingin membahagiakan kedua orangtuanya, badai itu tanpa permisi menghampiri. Ia merasa tidak mengerti mengapa kedua orangtuanya memutuskan secara sepihak dengan tidak mendengarkan pendapatnya terlebih dahulu. 

Semuanya serba mendadak.

Dalam satu waktu semua hal berubah.

Ia memang tidak lagi berada di lingkungan itu, namun ia menjadi mengerti mengapa kedua orang tuanya memberikan pilihan tersebut kepadanya. Ia merasa mereka sudah mempersiapkannya. Agar dapat menjadi sosok gadis yang tegar ketika badai itu datang. Maka ia harus berada disana, merasakan bagaimana hidup jauh dari mereka yang sesekali mengunjungi.

Namun banyak hal yang tidak diketahui orang tuanya. Sebelum badai itu terjadi banyak hal yang mengganggu pikirannya. "Apakah benar? Apakah jika ia memberitahukan itu semua akan berubah atau malah semakin parah? Kenapa mereka tega? Apakah dia memang layak mendapatkannnya setelah semua yang pernah dilakukannya? Apakah aku harus membiarkannya hingga sampai pada satu waktu hal yang dikhawatirkan itu terjadi?"

Hingga di suatu malam ia memanggil gadis itu dalam sebuah kamar sempit. Menjelaskan yang telah terjadi dengan semua keputusan yang membuatnya tidak lagi dapat menahan perasaan itu. Sakit yang teramat dalam. Apakah ia akan merasakan kehidupan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya? Bagaimana semua ini terjadi kenapa mereka mengambil keputusan itu sendiri? Dan sekarang memintanya untuk mengerti dan menerima semua itu.

Banyak hal yang ingin ia tanyakan kala itu. Namun lagi-lagi ia tidak dapat mengutarakannya dan menyimpan rasa penasaran dan rasa sakit itu di dalam hati. Mungkin bagi sebagian anak di luar ia akan frustasi dan melakukan hal-hal yang sering dilakukan anak kebanyakan ketika didatangi badai itu. Namun ia berbeda. Benar-benar sangat berbeda.

Ia mampu disaat badai tengah menghampiri, dengan segala perubahan mendadak yang tidak ia mengerti, Ia dapat menjadi pemenang. Pemenang saat bertarung melawan badai Bahkan siapapun di luar sana tidak ada yang menyangka bahwa ia baru saja merasakan kerasnya hantaman badai itu. Ia telah berhasil bertarung melawan badai. Pilihan selanjutnya yang akan ia pilih adalah apakah tetap menjadikan badai itu sebagai ujian yang menyakitkan atau sebuah ujian menjadikannya semakin dewasa. Pilihan itu ada di tangannya. Diam-diam ia telah mengenggam erat pilihan yang telah dipilihnya sedari awal. Tanpa satupun orang yang tahu.

24 September 2017

Menghargai

Minggu, September 24, 2017 0
Apa rasanya ketika kamu bekerja pada hal yang kamu senangi? Pasti akan terasa mudah dan menyenangkan. 

Pandanganmu soal pekerjaan akan berubah total saat kamu sudah merasakan seperti apa bekerja itu. Awalnya yang kamu pikirkan bagaimana caranya mencari kerja yang layak dan memiliki banyak uang namun pikiran itu berubah menjadi bagaimana mencari pekerjaan yang lingkungannya menyenangkan.

Tentu saja, setiap orang menginginkan pekerjaan yang sempurna, menyenangkan, dan jika mendapatkan gaji yang besar. Namun terlepas dari itu, kini pandanganku terhadap pekerjaan berubah total. 

Bagiku, sebuah pekerjaan akan terasa ringan jika kamu mencintai pekerjaanmu. Kamu akan mencintai pekerjaanmu jika lingkungan disekitarmu menghargai pekerjaamu. Menjadi seorang karyawan sering yang namanya tidak dihargai. Jarang diberikan pujian. Padahal, hal tersebut adalah satu-satunya hal yang diinginkan mereka ketika bekerja. Perasaan dihargai, ketika ia telah bekerja keras.

Namun sepertinya hal tersebut seringkali dilupakan. Berapapun gaji yang kita dapat, jika kita tidak dihargai semua akan terasa sia-sia. Semua pekerjaan yang kita lakukan akan terasa seperti beban.

Hmm, mungkin itu yang tengah kurasakan.

Sama

Minggu, September 24, 2017 0
Tidak ada yang berubah.
Semua masih tetap sama.
Aku, kamu, dia.
Dan juga perasaanku.

Bahkan, tempat yang kerap kita kunjungi bersama.
Masih memiliki aroma yang sama.

Entah kenapa tiap kali aku di tempat ini.
Hasratku ingin bertemu denganmu semakin tinggi.
Namun aku hanya bisa menguburnya.
Hingga jejak itu sirna seketika.

Kamu yang disana.
Pasti tidak mengira.
Kalau aku masih tetap mengingatmu.
Bahkan tidak berhenti sedetikpun.

Diam-diam aku masih mengharapkanmu.

─ Bandar Lampung (24 September 2017)

1 Februari 2017

Masih Belum Ada Gambaran

Rabu, Februari 01, 2017 0
Semuanya akan berubah pada waktunya. Kondisi sekarang tidak akan selamanya kekal. Pada waktu yang tidak terbatas semua akan akan berganti, menjadi asing dan tak terkenali. Sekarang ataupun nanti kita harus siap menghadapinya. Karena segala hal akan berubah entah itu akan menjadi baik ataupun buruk.

Banyak hal di masa depan yang saya takuti. Seperti apa hidup saya lima tahun mendatang. Atau bersama siapa saya akan menghabiskan waktu hingga tua menjelang. Semua itu masih menjadi teka-teki kehidupan yang sampai detik inipun saya belum menemukan cluenya sedikitpun.

Ketika masa depan belum ada gambaran, disanalah kamu merasa seperti seseorang yang tidak tahu arah tujuan, kemana harus melangkah. Jika dipikir-pikir, apa yang ingin kamu lakukan saat ini atau di masa yang akan datang. Pekerjaan yang seperti apa yang kamu harapkan apakah memang itu yang paling tepat. Atau haruskah mencari pekerjaan yang jika mengerjakannya kamu tidak serasa sedang bekerja, tapi sedang melakukan hobimu yang menyenangkan.

Banyak hal yang yang sampai saat ini belum saya temukan jawabannya. Berapa kalipun saya mencoba berpikir apa yang saya inginkan sebenarnya, maka sebanyak itulah tujuan masa depan yang saya inginkan berubah. Jika melihat si A hidupnya senang, temannya banyak, pacarnya perhatian, pekerjaannya bagus maka saya memiliki hasrat untuk menjadi seperti dia. Begitupun jika si B yang memiliki hidup penuh petualangan, banyak hal yang bisa dieksplor, bertemu dengan orang baru setiap harinya, maka saya juga ingin rasanya menjadi seperti dia.

Mungkin karena sampai saat ini saya tidak kunjung menetapkan tujuan yang harus saya raih atau tujuan yang harus saya pertahankan. Maka saya tidak memiliki semangat untuk menggapainya dan tidak memiliki ambisi untuk meraihnya. Peer bagi saya untuk memikirkan mau dibawa kemana kapal ini berlayar. Apakah akan menyebrang, berjalan lurus, atau kembali menuju daratan, hanya saya yang bisa menetapkan dan menentukan. Karena ini hidup saya, masa depan saya, maka hanya saya yang mempunyai kendali. Ingat itu.

(*Dalam rangka kembali mengingatkan dan menyadarkan diri sendiri)