8 April 2014

#Review Novel : Tuhan Maha Romantis

"Ketika ekspresi rindu adalah doa, tak ada cinta yang tak mulia"

Begitu membaca kata-kata di sampul depan buku ini, saya langsung terpikat ingin segera membacanya. Apalagi buku ini ditulis oleh idola sekaligus panutan saya dalam menulis. Novel Tuhan Maha Romantis ini merupakan buku kedua yang ditulis oleh kak Azhar. Sebelumnya ia telah menerbitkan buku Ja(t)uh, yaitu tentang kumpulan tulisan seperti prosa, puisi dsb yang dulunya ia tulis di blog. 

Bagi yang belum atau baru tau tentang kak Azhar, coba dicek aja blognya. Tulisannya asli bagus banget. Saya dulunya direkomodasiin sama seseorang buat baca blog azharologia.com. Dari sanalah saya langsung jatuh cinta dengan tulisannya kak Azhar. Hingga saya bela-belain minta duit buat ikut order THIS BOOK!

THIS BOOK IS REALLY AWESOME
Nah, pada postingan kali ini saya akan mencoba untuk me-review novel Tuhan Maha Romantis yang ditulis oleh Azhar Nurun Ala.

"Hadirmu memanggil kembali ingatan-ingatan lamaku tentangmu. Tentang rasa jatuh cinta luar biasa yang pernah—dan sejujurnya masih—membuncah di dalam dada."

Di awal bab, novel ini mengisahkan tentang pertemuan sepasang manusia yang sudah bertahun-tahun tidak pernah bertemu. Pertemuan ini terkesan membingungkan dan agak kaku karena keduanya sama-sama tidak tahu hendak mengatakan apa. Pada akhirnya apa yang ada di pikiran tak sesuai dengan apa yang dikeluarkan di mulut.

Disini, penulis benar-benar sangat piawai dalam membawa pembaca untuk ikut merasakan kebingungan yang terjadi. Sangat terasa hawa ketidakberdayaan mereka ketika dipertemukan di saat keadaan sudah berubah. Kak azhar menggunakan kata-kata sangat mudah dimengerti sehingga saya tidak kebingungan ketika membacanya.

Bab ini merupakan prolog yang selanjutnya akan dibahas pada bab menengah. Alur cerita yang dipakai oleh kak Azhar yaitu maju-mundur-maju. Pada bab selanjutnya diceritakan bagaimana titik balik dari kehidupan seorang Rijal yang berasal dari daerah kecil di provinsi Lampung bisa kuliah di Universitas Indonesia.

"Inikah rasanya menggenggam mimpi yang dulu kurasa terlalu tinggi bahkan untuk sekadar kusentuh tepinya saja? Inikah rasanya menunaikan sebuah janji pada diri sendiri sementara semua orang takut berjanji? Inikah rasanya membuat bangga orang tua?"

Begitulah kiranya perasaan bahagia dari Rijal ketika berhasil menembus jurusan Sastra UI. Mimpi yang sudah sedari dulu ia inginkan, akhirnya tercapai juga. Disini Rijal mempunyai orang tua yang luar biasa. Walaupun materi yang didapatnya tidak terlalu wah, namun ia begitu mendapat pelajaran berharga dari sosok ayah dan ibunya.

Sang ayah yang merupakan pensiunan kepala sekolah menjadi sosok tauladan bagi Rijal. Segala petuah yang disampaikan oleh beliau, ia simpan dengan baik. Ia paling senang ketika ayahnya memberikan cerita tentang hidup dan nilai-nilai islam dalam kehidupan.

Keluarganya merupakan keluarga yang sangat harmonis. Setiap hari selalu menyempatkan untuk sholat berjamaah bersama dan sang ayah akan memberikan petuah-petuahnya. Dari keluarga itulah akhirnya Rijal tumbuh menjadi anak dengan nilai agama dan mental yang kuat. Dengan gaya tulisan yang khas, kak azhar mampu menghidupkan suasana kental dari keluarga kecil seorang Rijal.

"Selalu ada yang berkesan dari setiap kali-pertama. Seperti hari ini: saat kali pertama aku menginjakkan kaki di kampus impian—juga saat pertama kali aku menatapmu."

Selanjutnya Rijal memasuki dunia baru dalam tahap hidupnya. Dimana ia harus berada jauh dari kedua orang tuanya. Kuliah di UI merupakan impian yang telah terwujud, dulu memang hanya sekadar mimpi dan sekarang ia nyata. Sewaktu pertama kali menginjakkan kaki di kampus impian, Rijal tak sengaja menatap seorang perempuan yang dari kejauhan saja sudah indah sekali.

Dari sanalah awal mula perjumpaan Rijal dengan perempuan yang ia sebut perempuan senja. Hidup memang tak bisa diterka. Karena ia tak mengenal kata kebetulan dalam hidupnya, Rijal memaknai pertemuan keduanya di stan ospek dengan perempuan itu adalah suatu takdir dan pertanda. Setelah terjadi percakapan pertama kali di antara keduanya hati Rijal resmi tertawan.

Kak Azhar begitu lihai melukiskan irama hati Rijal yang sangat bergejolak ketika bertemu dengan perempuan senja yang bernama laras. Saya menjadi sangat merasakan bagaimana dahsyatnya sebuah kekaguman yang muncul pada pandangan, gerakan, ataupun ucapan pertama.

"Malam ini ada sebuah rasa kagum yang membuncah dalam dada, gelora, dan bunga-bunga yang tak tergambarkan. Tapi aku masih terlalu takut untuk menyebutnya cinta."

Waktu terus berjalan, dan rasa kagum itu telah dengan ganasnya berubah menjadi rasa yang sangat kuat. Setelah beberapa kejadian yang dilewatkan Rijal bersama Laras, seiring dengan semakin banyaknya intensitas mereka untuk bertemu, tak dapat dielakkan bahwa rasa itu semakin menggebu, membuncah di dalam dada.

Setiap hari Rijal selalu terbayang akan pesona dan kepintaran dari seorang Laras. Ingatan tentang Laras tak pernah hilang dalam ingatannya. Hingga pada suatu hari ia merasa sangat perlu untuk berkonsultasi pada orang yang tepat untuk memberikan solusi kepadanya. Dan dari pertemuannya dengan ustadz yang juga mentornya, Rijal membuat keputusan untuk konsisten dengan tak lagi melanjutkan rasa itu. 

Ia akan setia menunggu hingga waktunya tiba, ia akan langsung memiliki sosok pujaan hatinya secara utuh melalui ikatan suci, pernikahan.

Disini kak Azhar menceritakan bagaimana kuatnya karakter dari seorang Rijal. Dengan dibubuhi kalimat yang menguras emosi, tulisan kak Azhar ini memang patut diberi 2 jempol atau barangkali lebih. Selang beberapa bab kak Azhar juga menulis kata-kata nan indah tentang betapa besarnya sayang seorang ayah kepada anaknya. 

Kata-kata yang mampu menghipnotis saya untuk mengeluarkan air mata. Menyentuh sekali, Kak. :')

"Kita apa adanya, dan bersepakat untuk membiarkan luka ini sembuh dengan sendirinyabersama waktu, dalam penantian yang lugu."

Keduanya masih memiliki rasa yang sama, namun Rijal telah membuat tekad yang kuat. Ia tak akan mendekati Laras lagi. Ia akan langsung melamarnya ketika Laras sudah diwisuda. Ketika momen itu datang, ketika Rijal sudah mantap ingin mempersunting Laras, sebuah kejadian besar terjadi. Hambatan itu muncul. Laras tiba-tiba hilang tanpa kabar. Disini, Rijal benar-benar putus asa.

Setelah lima tahun tak lagi ada kabar tentang Laras, Rijal memutuskan untuk menerima tawaran perjodohan yang dipintakan Ibunya. Walaupun hatinya masih tetap ada bersama Laras, ia tak mau mengecewakan sang ibunda. Pada akhirnya Rijal melamar seorang perempuan—yang sebenarnya sama sekali tak ia cintai.

Ketika dalam situasi itu, ketika lamaran itu sudah terjadi, dengan mengejutkan Laras kembali hadir dalam hidupnya. Bayangan-bayangan itu kembali berputar dalam ingatannya. Disanalah konflik yang sangat kuat terjadi. Pertarungan antara hati untuk mempertahankan Laras dan rasa tak ingin menyakiti Ibu dan perempuan yang sudah dilamarnya.

Dalam situasi hati Rijal yang tak menentu, kak Azhar lagi-lagi bermain dengan katanya yang piawai. Kak azhar mampu membuat saya kembali merasa dalam posisi dimana hati Rijal sedang kalutnya. Hingga terbesit oleh Rijal akan nasihat yang pernah diberikan almarhum ayahnya. 

Ia lupa bermusyawarah dengan Allah. 

Ia lupa bahwa Allah tak akan memberikan cobaan kepada umat-Nya, melebih dari kesanggupan kita yang memikulnya. Malam itu ia melaksanakan shalat istikharah. Ia mencoba ikhlas untuk melepaskan Laras dan menerima wanita yang dipilihkan Ibunya.

Namun, berkat keikhlasannya tersebut, kejadian yang tak terduga terjadi. Calon istri dan ibunya tiba-tiba merelakannya untuk mencari cinta sejatinya. Pada hari itu juga Rijal terbang ke New Zealand untuk mencari Laras. Ia menjadi percaya bahwa semua ini merupakan buah dari keikhlasan.

Kini jarak itu telah luruh, Rindu telah kita sulap jadi temu, Tuhan Maha Romantis, Ia tuliskan kisah fantastis, Menyatukan gambar kita dalam bingkai yang apa adanya.

Perjuangan Rijal telah berbuah manis. Rijal akhirnya menikah dengan perempuan yang sangat ia cintai. Cinta yang tak hanya sekadar cinta. Cinta karena Allah, cinta yang terpatri tulus di dalam hati. Rasa yang mampu membuat keinginannya menjadi kuat untuk menemui Laras ke luar negeri.

Tapi itulah cinta, ia memang kata kerja dan bukan kata benda. Maka ia akan terus bergerak tak pernah berhenti. Ia ditakdirkan menjadi kata yang begitu berkarakter, penuh daya dobrak tapi tetap saja sulit untuk didefinisikan.

Demi apapun, karya kak azhar ini keren banget. Bagi siapapun kalian yang belum pernah baca novel ini ayo segera order!!! Gak bakalan nyesel, percaya deh sama saya :)

Emosi kalian bakal diaduk-aduk, jiwa kalian bakal dibawa melayang. Memang luar biasa sekali magnet buku #TMR ini, gak sabar buat nunggu buku selanjutnya : ke(me)nangan cinta. 

Selalu mencintai karya-karyanya kak azhar
 Berharap suatu saat bisa menerbitkan karya seperti ini juga. Aamin.

4 komentar:

Kalau ada yang mau disampaikan tinggalkan comment ya ^^ Thank you :)