29 Maret 2014

Long story about my experience

Duh malam minggu ya? Kagak kemana-mana? Kagak ada gebetan? Atau kagak ada kerjaan? Aduh kasian amat sih... *ngomong sama diri sendiri*

Yaudah daripada nganggur guling-guling gak jelas mending gue nyeritain pengalaman kemarin. Bagi sebagian orang mungkin ini gak begitu berharga. Tapi menurut gue ini super duper perjuangan banget. Do you want to know? Mau tau aja apa tau gak pake aja? :D

Jadi gini ceritanya. Semua berawal dari keinginan gue untuk mengikuti suatu seminar. Awalnya gue ngeliat dari twitter dan seketika itu juga gue langsung tertarik untuk ikut. Diliat dari pamfletnya seminar tersebut akan membahas tentang youngterpreneurship. Nah berhubung seminar ini diadakan oleh AIESEC Unila, gue langsung bertekad akan mengikutinya apapun yang terjadi. Acielah.

Pada tau gak alasan kenapa gue begitu tertarik dengan AIESEC? Oya tau AIESEC kan? Kalo gak tau mending pada buka websitenya dan pelajari. Dengan itu kalian akan mengerti tentang impian gue yang mungkin impian kalian juga dan gue pengen banget itu tercapai. Apa lagi kalo bukan ke luar negeri secara gratis. Huaaaa, gue masih berharap dan terus berharap this dream come true. Semoga.

Nah masuk kembali ke dalam topik. Awalnya gue ngajak temen buat ikut seminar ini. Tapi kayaknya sih dia gak mau alhasil gue dengan nekadnya berjalan dengan gontai SENDIRIAN. Dengan modal dianter temen kelas ke lokasi seminar yang notabene itu di Fakultas Ekonomi, akhirnya gue menjadi orang yang rada tolol di antara mahasiswa sana yang lagi nongkrong.

Sebenernya sih ga tolol-tolol banget, cuma agak kelinglungan aja di fakultas orang, terlebih gue kagak pernah sebelumnya masuk ke fakultas ini. Gue mencoba memberanikan diri bertanya kepada seorang mahasiswa disana.

"Permisi mbak, gedung D ruang D101 dimana ya?"
Dengan senyum merekah, si mbak-mbak cantik ini menjawab pertanyaan gue.
"Oh, mbak lurus aja di lorong itu, ntar belok kiri. Kalo masih bingung tanya lagi aja sama mahasiswa yang disana," jawab si mbak yang-gue-gak-tau-namanya dengan ramah.
"Oh gitu, makasih ya mbak."

Gue lega banget si mbak mau menjawab pertanyaan gue dengan sangat ramah. Jujur gue agak takut aja gitu, gue pikir anak ekonomi yang notabene gayanya modis banget bakal mengabaikan pertanyaan gue yang ehm agak lumayan cupu ini. Tapi syukurlah, kekhawatiran gue gak kejadian.

Kemudian gue kembali berjalan menjauhi si mbak-mbak itu dengan sesekali celingak-celinguk gak jelas. Setelah memasuki lorong yang di kasih tau si mbak, gue kembali bertanya pada kerumunan cewek-cewek. Padahal sebenarnya gue udah ngeliat panah gedung D, tapi gue masih belum yakin.

"Misi mba, gedung D ruang D101 dimana ya?"
"Itu mbak, masuk aja ke kiri. Disana ruangannya cuma satu kok,"
"Oh gitu ya mbak, makasih ya,"

Setelah memastikan kalau disana ruangannya, gue memutuskan untuk sholat zuhur terlebih dahulu. Nah lagi-lagi gue jalan sendirian ke fakultas teknik untuk sholat di musholanya. Di bawah terik matahari nan menyengat dengan pede dan gak-tau-malu gue menyusuri langkah demi langkah jalan menuju kesana.

Dalam hati yang gue pikirkan cuma satu. Ah peduli amat, orang gak kenal gue pun. Santai aja. Kira-kira begitulah yang terus gue bayangi tatkala ada mata-mata yang melirik ke gue.

Nah, setelah sholat gue kembali ke ruangan yang tadi udah gue yakini keberadaannya. Ketika di depan ruangan gak gue liat ada panitian yang berkeliaran. Namun, setelah gue cek ternyata mereka sudah berada di ruangan, keliatannya sih lagi beres-beres. Cuma ada satu mbak-mbak yang gue liat lagi baca mading di depan.

Gue sebenarnya udah menduga kalo mbak itu juga peserta di seminar ini. Tapi karena gue punya mental cemen untuk menyapa seseorang terlebih dahulu, akhirnya si mbak itu yang nyamperin gue.

"Eh, mbak ikut seminar ini ya," tanyanya sambil menunjuk ruangan di dalam.
"Eh iya mbak, mbak juga ya?" aku bertanya balik dengan muka kelimpungan.
"Iya mbak, aku ..............."
#gue lupa namanyaaaaaa -___- reginanova, casablanka, atau apa ya? Kemampuan ingatan gue untuk mengingat nama emang udah parah banget pokoknya.
"Aku puja mbak."
"Dari jurusan apa?"
"Dari ilkom MIPA mbak, mbak dari mana?"
"Aku dari teknik pertanian. Kesini sendirian mbak?"
"Hehe iya mbak,"
"Wah nekad juga ya," ucap si mbak sambil nyengir.

Gue cuma nyengir balik. Lah iya, gue nekad banget kayaknya. Gak punya temen bareng gak punya motor pula. Tapi tak apalah, kalo yang lain gak mau, kenapa gak mencobanya sendirian? Iya kagak?:D

Di selingan dalam menunggu seminar dimulai, gue memberanikan diri untuk bertanya lebih banyak tentang si mbak dari jurusan tek-tan ini. Dimulai dari alasannya untuk ikut seminar ini ampe gue nyeritain pengalaman gue pernah ikut wawancara dengan AIESEC tahun lalu. Suasana pun berubah cair. Gue rasa ini suatu peningkatan dalam diri gue untuk bisa memberikan image positif disaat pertama kali kenalan sama seseorang. Gue harus terus melatihnya.
Banner di depan.
Setelah hampir 2 jam kami menunggu akhirnya seminar ini dimulai. Agak suntuk sih sebenernya, karena di pamflet dibilang acaranya mulai dari jam 1 siang. Tapi ini udah mau jam setengah 3 belum juga dimulai. Tapi kemudian kekesalan gue mulai terlupakan dikala materi pertama masuk.

Dengan pemateri kak senafal yang sudah memiliki banyak pengalaman di bidang enterpreneurship, mata gue mulai terbuka dan meresapi semua yang dikatakannya. Sosok yang begitu berpengalaman di bidang wirausaha ini begitu antusias saat menceritakan proses demi proses yang dijalaninya hingga bisa mempunyai usaha dimana-mana.

Dengan cara bicaranya yang khas dan sangat bersemangat dengan sesekali diselingi guyonan, para peserta bisa menjadi tidak bosan karena bisa tertawa saat ia menceritakan kisah hidupnya yang lucu.

Saat sedang bersemangatnya berwirausaha, sewaktu kuliah, beliau pernah mengalami kebangkrutan hingga milyaran rupiah. Dan pada saat itu ia galau dan memutuskan untuk lari dari kosan dan menginep selama 2 minggu di suatu warnet di jogja.

Waw banget kan ya. Namun dari pertapaannya tersebut akhirnya ia bisa bangkit kembali dengan diberikannya hidayah dari temen temen kampusnya.
Ini kak senafal lagi ngomong
Satu ucapan yang gue ingat dari kak senafal.

"Berwirausaha itu bisa jadi sangat membosankan disaat kamu hanya menginginkan banyak uang. Disaat itu tercapai kamu akan menjadi serakah untuk mengingkan lebih. Namun wirausaha itu akan menjadi berarti dan menyenangkan disaat kamu berhasil membantu orang lain dengan hasil jerih payahmu sendiri."

Mengikuti pemateri pertama, pemateri kedua ini ternyata lebih super lagi. Beliau merupakan seorang motivator, penulis buku dan juga upernah pergi ke China dalam exchange yang diadakan AIESEC. Satu keunggulan yang terlihat dari pemateri kedua yang bernama kak hengki ini, bahasa inggrisnya keren banget. Lancar coy, gue jadi iri pengen kayak dia.

Nah, di materi kedua ini ia menjelaskan tentang hidup. Berhubung ia seorang motivator, tentu sudah terbayang di benak kalian kayak apa dia sewaktu bicara di depan. Dengan semangat yang bergejolak dan sedikit guyonan, ia mampu membuat gue berdecak kagum.

Ada beberapa yang paling gue inget dari materi yang disampaikan kak hengki.

"Jangan pernah sesekali kamu menuai sesuatu yang belum pernah kamu tanam sebelumnya."

"Seseorang akan mati dalam waktu sebulan jika ia tidak makan. Seseorang akan mati dalam waktu seminggu jika ia tidak minum. Seseorang akan mati dalam waktu sejam jika ia tidak bernapas. Namun seseorang akan mati dalam sedetik saja jika ia tidak mempunyai harapan."

Ada yang unik dari seminar kali ini. Gue memberanikan diri untuk tunjuk tangan dan bertanya pada kak Hengki mengenai suatu hal. Jujur, gue agak deg-degan ketika hendak bertanya. Maklum, gue punya kelemahan dalam hal seperti ini, bicara di depan umum akan membuat ucapan gue berbelit-belit. Ini terbukti saat suara gue sudah keluar.

Dengan gemeteran gue menerima microphone dari moderator, dan mulai bicara.

"Kak gimana ya cara menemukan tujuan hidup kita yang jelas? Karena jujur sampai sekarang saya masih belum tau bakal kemana hidup saya ini akan dibawa. Jadi gimana ya kak.... blabla...

Walaupun rada berbelit, gue sangat lega banget rasanya bisa bertanya. Tapi tetep sih menulis lebih mudah dibanding berbicara. Kak Hengki menjawab pertanyaan gue dengan panjang lebar. Ia bertanya, "Apa yang kamu ingin capai di tahun 2019?"

Gue jawab aja, "Saya pengen kaya, s2 ke luar negeri, bahagiain orang tua, hmmmm punya suami yang baik, bahagia."

Trus kak Hengki ngomong lagi, "Berapa uang yang pingin kamu capai di tahun itu?"
Gue jawab, "Pokoknya yang mencukupi untuk beli rumah, mobil..."
"Harus dalam bentuk nominal," ucapnya.
"10 M."

Trus ia menjelaskan bagaimana pentingnya memikirkan setiap langkah yang akan kita ambil untuk meraih pencapaian di masa tersebut. Katanya suatu keinginan itu harus jelas, jangan abstrak seperti aku ingin kaya, tapi kayanya seberapa? Itu harus jelas, sehingga tujuan kita menatap hari-hari itu jauh lebih mantap dibanding orang yang mempunyai tujuan tak jelas.

Pada akhirnya gue menjadi gak nyesel ikut seminar keren ini. Betapa ruginya gue jika melewatkannya. Untung saja denga ketidakmaluan jalan sendiri membuat gue menjadi lebih tanggung mengikuti seminar lain lagi sendirian. Jika tak ada temen yang bisa diajak, sendiri takkan menjadi penghalang.^^
Sertifikat of that Cool Seminar.


###
Di akhir acara kita disuguhkan dengan cerita dari berbagai pengalaman beberapa orang yang berhasil ke luar negeri karena AIESEC beberapa waktu lalu. Ada yang ke Malaysia, Srilangka dan ke Ukraina. Wow banget. Gue cuma bisa menelan ludah saat melihat foto dan video mereka. Dalam hati gue punya keinginan : Gue HARUS PERNAH menginjakkan kaki ke luar dari Indonesia pokoknya. 

Wait me Japan, Cambridge, Sydney!!!
Wait till that time will coming!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau ada yang mau disampaikan tinggalkan comment ya ^^ Thank you :)