Oleh
: PUJA PUTRI ABDULLAH – UNIVERSITAS LAMPUNG
Rangkuman :
"Dan (ingatlah)
tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan di bumi seorang khalifah."(Al baqarah:30).
Jelas dalam hal ini Quran telah menerangkan bahwa allah menciptakan manusia
sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi ini. Namun pemimpin yang seperti apa
yang dimaksudkan dalam ayat ini? Apakah pemimpin yang ingin kekayaan, kekuasaan
atau sebuah ketenaran saja? Apa sebenarnya yang ada dibalik kata ‘pemimpin’?
————-
Malam itu saya dan keluarga baru
saja menyelesaikan sholat taraweh disalah satu masjid yang ada di kecamatan
Kemiling, Bandar Lampung. Ketika mobil keluarga saya hendak keluar dari gerbang
masjid kami melihat ada gerombolan masyarakat dengan bertengger satu mobil
didekatnya. Setelah kami dekati ternyata di luar mobil terpampang dengan jelas
nama dan foto gubernur dan wakil gubernur berserta partai politik yang ia
ikuti. Dan setelah kami cermati ada seorang pemuda yang tengah membagikan
sekotak kurma di dekat mobil itu.
“Ah, pantas saja banyak orang berkumpul
disana. Ternyata ada pembagian makanan gratis toh,”pikir saya dalam hati.
“Mau jadi pemimpin itu emang harus
baik-baik dulu biar rakyat mau milih. Entar mah kalau udah kepilih gak ada lagi
tuh makanan gratis kayak gitu,”celetuk papa ketika melihat kejadian yang ada
didepannya.
Benar juga, setiap pemimpin di
Indonesia rata-rata melakukan hal seperti itu. Awalnya mereka memanjakan
masyarakat yang ada di sekitar wilayah yang akan mereka kuasai, dengan
iming-iming saat pemilu nanti masyarakat harus memilih mereka. Seperti
contohnya dengan membagikan makanan secara gratis atau membagikan sejumlah uang
dengan cuma-cuma. Dengan sedikit bisikan kepada masyarakat agar mau mendukung
mereka menjadi seorang pemimpin.
Selain itu, para calon pemimpin
biasanya juga menebar setiap kalimat basi ketika ada kampanye. “Barang siapa
yang memilih saya untuk menjadi gubernur Lampung nanti pada periode 2014 maka
dijamin hidupnya akan senang. Tidak ada lagi kesengsaraan, kemiskinan ataupun
pengangguran. Lampung akan menjadi provinsi yang aman, tentram, dan damai.” Senyum
mereka merekah, dengan bangganya mereka mengucapkan janji-janji untuk calon
rakyatnya. Entah nanti mereka akan ingat atau tidak yang terpenting mereka
harus menang dulu memperebutkan singgasana indah itu. Masalah akan
merealisasikan janji itu nanti saja di pikirkan.
Hal ini sangat kontras sekali
dengan zaman rasulullah dulu. Ketika salah satu khulafah rasyidin ditunjuk
sebagai seorang pemimpin beliau menangis. Menangis karena mengetahui bahwa ia
akan memikul beban yang sangat berat. Tanggung jawab yang begitu besar ada
dihadapannya. Tanggung jawab atas semua orang yang berada di bawah pimpinannya.
Jika beliau bisa menolak maka dengan senang hati ia menyerahkan tanggung jawab
itu kepada orang lain. Namun karena tekad yang kuat ingin mengemban amanah
dengan baik beliau akan berusaha menjadi pemimpin yang disenangi rakyatnya.
Sungguh mulia sekali tujuan dari
beliau ini dalam menjadi seorang pemimpin. Beliau berusaha dekat dengan rakyat
dan tidak bermegah-megahan. Semua sederhana, sehingga rakyat bisa mencintai
beliau dengan penuh kasih sayang. Jika rakyatnya melakukan suatu kesalahan,
bukankah itu kesalahan dari pemimpinnya? Bukankah itu tanggung jawab dari
seorang pemimpin? Maju atau tidaknya suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh
seorang pemimpin yang hebat dan bertanggung jawab.
Berbeda halnya dengan yang terjadi
di indonesia. Semua seakan memperebutkan sebuah kekuasaan. Sebongkah amanah
yang sangat berat untuk dipikul bahkan berbongkah-bongkah. Apakah mereka
benar-benar ingin menjadi seorang pemimpin yang baik atau ada tujuan lain?
Seperti memperoleh kekuasaan, ketenaran ataupun kekayaan. Pastinya semua orang
ingin kaya dan ini sungguh tidak munafik. Tapi menjadi seseorang yang kaya yang
harus mereka prioritaskan. Karena pemimpin yang amanah itu lebih mementingkan
kepentingan publik dibanding individu.
Tidak tidur berhari-hari demi
memikirkan kehidupan rakyat yang begitu pelik. Tidak nyaman makan karena
menyelesaikan masalah perkelahian antar kampung. Jarang bertemu keluarga karena
banyaknya pertemuan dengan para pejabat. Biarlah diri sendiri sengsara asalkan
rakyatnya bahagia. Begitu mulia jika setiap pemimpin mempunyai niat yang tulus
untuk membahagiakan rakyatnya.
Namun permasalahannya, apakah
pemimpin yang seperti itu ada di indonesia? Apakah ada pemimpin mempunyai
tujuan yang benar-benar ikhlas untuk rakyat? Bisa mementingkan keperluan umum
dibandingkan keperluan pribadi. Tidak hanya memikirkan finansial diri sendiri
tapi juga memperhatikan kehidupan orang banyak. Ketika rakyat diterpa masalah
seorang pemimpin harus dengan rendah hati mencarikan solusi yang tepat untuk
menyelesaikannya. Dengan kerendahan hati dan sikap menyatu dengan rakyat,
seorang pemimpin akan bisa dicintai oleh rakyatnya.
Setiap pemimpin pasti diminta
pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Apa mereka benar-benar melaksanakan
amanah yang diberikan atau malah melupakannya. Jika seseorang telah berhasil
menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri maka untuk akan mudah baginya untuk memimpin orang lain,
kelompok bahkan negara. Dengan berlandaskan kejujuran semua akan transparan dan
tidak ada rasa saling curiga diantara pemimpin dan rakyat yang dipimpin.
Diharapkan bagi calon pemimpin yang sedang berlomba-lomba untuk menduduki jabatan sebagai petinggi negara ini berpikir dengan matang apakah ia benar-benar siap untuk menjadi seorang 'PEMIMPIN'? Dengan segala konsekuensi yang nanti akan dirasaknnya, dapatkah ia mempertanggungjawabkannya?.
(Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba esai yang diadakan tempo institute bulan September 2013 lalu. ) #tapi gak menang :D
Saya akan memilih pemimpin yang benar" memiliki kerja nyata dan berpihak ke rakyatnya :)
BalasHapusYa, semoga saja kita benar-benar memilih pemimpin yang 'tepat' :)
Hapus