3 Januari 2014

Pertanyaan untuk Calon Pemimpin Bangsa



Oleh : PUJA PUTRI ABDULLAH – UNIVERSITAS LAMPUNG

Rangkuman :

"Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah."(Al baqarah:30). Jelas dalam hal ini Quran telah menerangkan bahwa allah menciptakan manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi ini. Namun pemimpin yang seperti apa yang dimaksudkan dalam ayat ini? Apakah pemimpin yang ingin kekayaan, kekuasaan atau sebuah ketenaran saja? Apa sebenarnya yang ada dibalik kata ‘pemimpin’?
————-


Malam itu saya dan keluarga baru saja menyelesaikan sholat taraweh disalah satu masjid yang ada di kecamatan Kemiling, Bandar Lampung. Ketika mobil keluarga saya hendak keluar dari gerbang masjid kami melihat ada gerombolan masyarakat dengan bertengger satu mobil didekatnya. Setelah kami dekati ternyata di luar mobil terpampang dengan jelas nama dan foto gubernur dan wakil gubernur berserta partai politik yang ia ikuti. Dan setelah kami cermati ada seorang pemuda yang tengah membagikan sekotak kurma di dekat mobil itu. 

“Ah, pantas saja banyak orang berkumpul disana. Ternyata ada pembagian makanan gratis toh,”pikir saya dalam hati.

“Mau jadi pemimpin itu emang harus baik-baik dulu biar rakyat mau milih. Entar mah kalau udah kepilih gak ada lagi tuh makanan gratis kayak gitu,”celetuk papa ketika melihat kejadian yang ada didepannya.

Benar juga, setiap pemimpin di Indonesia rata-rata melakukan hal seperti itu. Awalnya mereka memanjakan masyarakat yang ada di sekitar wilayah yang akan mereka kuasai, dengan iming-iming saat pemilu nanti masyarakat harus memilih mereka. Seperti contohnya dengan membagikan makanan secara gratis atau membagikan sejumlah uang dengan cuma-cuma. Dengan sedikit bisikan kepada masyarakat agar mau mendukung mereka menjadi seorang pemimpin. 

Selain itu, para calon pemimpin biasanya juga menebar setiap kalimat basi ketika ada kampanye. “Barang siapa yang memilih saya untuk menjadi gubernur Lampung nanti pada periode 2014 maka dijamin hidupnya akan senang. Tidak ada lagi kesengsaraan, kemiskinan ataupun pengangguran. Lampung akan menjadi provinsi yang aman, tentram, dan damai.” Senyum mereka merekah, dengan bangganya mereka mengucapkan janji-janji untuk calon rakyatnya. Entah nanti mereka akan ingat atau tidak yang terpenting mereka harus menang dulu memperebutkan singgasana indah itu. Masalah akan merealisasikan janji itu nanti saja di pikirkan. 

Hal ini sangat kontras sekali dengan zaman rasulullah dulu. Ketika salah satu khulafah rasyidin ditunjuk sebagai seorang pemimpin beliau menangis. Menangis karena mengetahui bahwa ia akan memikul beban yang sangat berat. Tanggung jawab yang begitu besar ada dihadapannya. Tanggung jawab atas semua orang yang berada di bawah pimpinannya. Jika beliau bisa menolak maka dengan senang hati ia menyerahkan tanggung jawab itu kepada orang lain. Namun karena tekad yang kuat ingin mengemban amanah dengan baik beliau akan berusaha menjadi pemimpin yang disenangi rakyatnya.

Sungguh mulia sekali tujuan dari beliau ini dalam menjadi seorang pemimpin. Beliau berusaha dekat dengan rakyat dan tidak bermegah-megahan. Semua sederhana, sehingga rakyat bisa mencintai beliau dengan penuh kasih sayang. Jika rakyatnya melakukan suatu kesalahan, bukankah itu kesalahan dari pemimpinnya? Bukankah itu tanggung jawab dari seorang pemimpin? Maju atau tidaknya suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh seorang pemimpin yang hebat dan bertanggung jawab.

Berbeda halnya dengan yang terjadi di indonesia. Semua seakan memperebutkan sebuah kekuasaan. Sebongkah amanah yang sangat berat untuk dipikul bahkan berbongkah-bongkah. Apakah mereka benar-benar ingin menjadi seorang pemimpin yang baik atau ada tujuan lain? Seperti memperoleh kekuasaan, ketenaran ataupun kekayaan. Pastinya semua orang ingin kaya dan ini sungguh tidak munafik. Tapi menjadi seseorang yang kaya yang harus mereka prioritaskan. Karena pemimpin yang amanah itu lebih mementingkan kepentingan publik dibanding individu.
  
Tidak tidur berhari-hari demi memikirkan kehidupan rakyat yang begitu pelik. Tidak nyaman makan karena menyelesaikan masalah perkelahian antar kampung. Jarang bertemu keluarga karena banyaknya pertemuan dengan para pejabat. Biarlah diri sendiri sengsara asalkan rakyatnya bahagia. Begitu mulia jika setiap pemimpin mempunyai niat yang tulus untuk membahagiakan rakyatnya.

Namun permasalahannya, apakah pemimpin yang seperti itu ada di indonesia? Apakah ada pemimpin mempunyai tujuan yang benar-benar ikhlas untuk rakyat? Bisa mementingkan keperluan umum dibandingkan keperluan pribadi. Tidak hanya memikirkan finansial diri sendiri tapi juga memperhatikan kehidupan orang banyak. Ketika rakyat diterpa masalah seorang pemimpin harus dengan rendah hati mencarikan solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Dengan kerendahan hati dan sikap menyatu dengan rakyat, seorang pemimpin akan bisa dicintai oleh rakyatnya.


Setiap pemimpin pasti diminta pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Apa mereka benar-benar melaksanakan amanah yang diberikan atau malah melupakannya. Jika seseorang telah berhasil menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri maka untuk  akan mudah baginya untuk memimpin orang lain, kelompok bahkan negara. Dengan berlandaskan kejujuran semua akan transparan dan tidak ada rasa saling curiga diantara pemimpin dan rakyat yang dipimpin. 

Diharapkan bagi calon pemimpin yang sedang berlomba-lomba untuk menduduki jabatan sebagai petinggi negara ini berpikir dengan matang apakah ia benar-benar siap untuk menjadi seorang 'PEMIMPIN'? Dengan segala konsekuensi yang nanti akan dirasaknnya, dapatkah ia mempertanggungjawabkannya?.

(Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba esai yang diadakan tempo institute bulan September 2013 lalu. ) #tapi gak menang :D

2 komentar:

  1. Saya akan memilih pemimpin yang benar" memiliki kerja nyata dan berpihak ke rakyatnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, semoga saja kita benar-benar memilih pemimpin yang 'tepat' :)

      Hapus

Kalau ada yang mau disampaikan tinggalkan comment ya ^^ Thank you :)