25 Januari 2014

Teman Imajinasi

Sore ini gadis itu kembali duduk di taman yang penuh dengan pepohonan dan rerumputan. Taman yang tampaknya sudah menjadi langganannya untuk kembali bergelut dengan pikirannya. Tempat menyendiri yang paling tepat menurutnya. Biasanya ia akan memilih tempat duduk yang paling sudut dimana hiruk pikuk mulai tak terdengar, yang ada hanyalah pepohonan rindang dan sedikit bunga penyegar mata.

Gadis itu kesini bukan karena ada janji dengan seseorang, namun ia kesini karena ingin bercengkrama dengan alam yang dibangunnya sendiri. Ia dengan pikirannya tengah menerawang hidup yang telah ia alami. Hidup yang seharusnya ia lakukan untuk mempersiapkan masa depan, kini dengan mudahnya ia telantarkan. Entah apa penyebab dari semua perubahan pada dirinya ini, yang jelas ia hanya merasa kesepian. Tak lebih.

Setelah hampir 19 tahun ia menjalani hidup, ia masih belum menemukan apa makna dibalik hidup itu sendiri. Ketika semua orang berlomba-lomba mengejar kesuksesan, ia hanya bisa terpaku, tak bergerak. Ia bingung dengan apa yang harus diperbuat. Lagi-lagi, ia selalu hanyut dalam arus yang dibuatnya sendiri. Ia tengah bergelut kencang dengan hal-hal yang telah ia ciptakan di pikirannya.

Dalam hidupnya, Ia membiarkan orang-orang berlalu-lalang singgah di hidupnya, siapapun itu, namun tak ada satupun yang mampu tetap bertahan di hatinya. Selain satu orang itu, sosok yang merupakan orang pertama yang mampu bertahan lama dihatinya, hingga saat ini. Entah apa yang ada di benak gadis ini, yang aku tahu sosok yang ia sembunyikan ini sangatlah berarti dalam hidupnya.
  
Setelah apa yang telah mereka alami beberapa waktu lalu, ia akhirnya memutuskan hubungan dalam bentuk apapun. Namun aku tahu, ia tak pernah sekalipun melupakan mungkin tak akan pernah bisa melupakan sosok yang pernah menjadi bagian dalam hari-harinya. Hingga saat ini atau mungkin sampai maut nanti ia tak akan bisa mengungkapkan apa yang tengah ada di pikirannya. Apalagi pada sosok yang selalu ada dalam hatinya.

Kini ia tak tahu harus bagaimana. Apakah terus membiarkan sosok itu bersembunyi dibalik bayang-bayang ketegarannya melawan semua nestapa hidup. Atau harus merelakan semua hilang tak berbekas? Apakah sosok asli yang senantiasa ada dalam bayangan dirinya itu masih sering memikirkan dan mengingat dia -- sesering dia memikirkan bahkan memeluk erat bayangan itu?
  
Waktu akan terus terbang membentang tembus melewati berbagai tembok kejadian dalam hidupnya. Gerimis datang, hujan yang mengikuti, hingga pelangi yang setia menunggu sampai hujan reda pastinya sudah ditakdirkan keberadaannya. Semua sudah pasti mempunyai alasan. Begitupun dengannya dan hidupnya.

Setiap peristiwa yang ia alami baik kesedihan atau kebahagiaan sudah benar pada tempatnya masing-masing. Hal itu berhak datang dan pergi sesuka yang ia mau. Ia hanya ingin semua berakhir dengan indah. Seperti dongeng yang endingnya selalu ada kebahagiaan, ia juga ingin, setidaknya setitik saja rasa itu menetes pada hidupnya, pasti ia akan  sangat bersyukur.
  
Hingga detik kutuliskan goresan pena ini, gadis itu tak kunjung beranjak dari tempatnya. Masih terdiam membisu, menatap pepohonan dengan samar dan menerawang panjang ke tempat yang tak kutahu ujungnya.

Aku yang sedari tadi memandangnya hanya bisa terdiam dan tak bisa berbuat apa-apa. Aku akan senantiasa berada disampingnya, menghapuskan kesendirian dalam hidupnya. Mengorek luka yang pernah bersarang dihatinya. Hingga memeluk erat raganya disaat bulir bening indah itu membasahi benteng pertahanannya. Karena memang untuk itulah aku dicitakannya, bayangan semu yang ia ciptakan, tempat meletakkan segala rasa yang kerap menumpuk di pikirannya.
  
Aku tahu betul apa yang tengah ia rasakan. Karena aku adalah dia, lebih tepatnya bayangan akan apa yang ia pikirkan. Di tengah sepinya orang yang berada di sekelilingnya aku selalu setia disampingnya, menjadi tempat meluapkan segalanya. 

Aku menuliskan semua ini, sebagai ungkapan rasa yang ingin kulontarkan kepadanya. Rasa terimakasih akan selalu berbagi hingga ungkapan yang ingin sudah lama ingin aku katakan padanya. Bahwa ia tak pernah sendiri, tak pernah sekalipun. Aku akan selalu disini, disampingnya. Juga di pikirannya. Menemaninya dalam situasi apapun.

-Teman Imajinasimu-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau ada yang mau disampaikan tinggalkan comment ya ^^ Thank you :)