31 Desember 2013

Hujan di Penghujung Tahun

Malam ini perpisahan itu kembali membayang. Disaat hal itu sudah memblur secara perlahan, hujan mampu kembali mengingatkan segalanya. Kala itu aku sedang duduk menatap nanar rintikan hujan di luar jendela. Menikmati aroma hujan yang melewati ventilasi di kamar masuk menuju indra penciuman. Aroma yang menenangkan. Lagi-lagi aku hujan akhir tahun membawa gelombang menuju masa lalu yang berusaha kulupakan.

“Dek, piringnya dicuci dulu, baru masuk kamar,”terdengar suara mama memanggilku dari luar.

“Iya, ma”
Aku bergegas keluar kamar dan segera mencuci piring yang tadi kutelentarkan begitu saja.
“Kamu kenapa? Kok wajahnya sendu gitu?”Mama bertanya kepadaku.
“Enggak ada kok ma, cuma sedikit gak enak badan aja,”ucapku berbohong.
“Yasudah, selepas ini kamu langsung tiduran saja di kamar biar pekerjaan lainnya mama saja yang menyelesaikan.”
“Iya ma”


Aku kembali menuju kamar dan mengunci pintu kamar dengan pelan. Aku duduk terdiam sambil memeluk lutut yang kutekuk dengan erat. Di kamar ini aku bebas untuk menatap hujan yang dari tadi tampaknya enggan untuk menyudahi rintikannya. 

Malam ini aku akan menghabiskan akhir tahun di dalam kamar ini. Beriringan dengan hujan yang tak kunjung reda aku akan terus setia menemaninya hingga ia menghilang diserap oleh tanah yang juga basah dijamah oleh rintikannya.
  
Dua hari lagi sudah merupakan awal tahun 2014. Sedangkan malam ini merupakan malam kedua terakhir dari tahun 2013. Bukannya bersenang-senang menyambut tahun baru seperti yang lain, aku malah menyendiri di kamar dan tak membiarkan satu orangpun mengganggu kenyamanan yang kuciptakan ini.

Lamunanku tersentak disaat petir menyambar melalui jendela tempatku menatap hujan. Aku langsung menutup tirai jendela dan membuka laptop. Walaupun hari sudah menunjukkan pukul 11 malam, namun mataku tak bisa untuk dipejamkan. Alhasil aku mencari kesibukan lain untuk menghilangkan rasa pedih yang sedari tadi berusaha untuk kupendam.

***
 
Kejadiannya tepat dua malam kemarin disaat kurasa semuanya baik-baik saja, terjangan badai itu muncul. Ia memutuskanku secara sepihak tanpaku tahu penyebabnya apa. Aku yang sudah terlanjur cinta dengan sepenuh hati hanya bisa terdiam dalam air mata yang terus menerus mengalir. Disaat semua sudah diatur sesempurna munkin ia menghujamku dengan pisau yang sangat tajam. Aku sebagai wanita tak bisa berbuat apa-apa. Sungguh, aku sakit.

Kutahu, ia mungkin sudah bosan denganku. Karena memang sudah dua tahun kami menjalani hubungan ini. Mungkin baginya membosankan, namun aku tidak. Rasa ini semakin hari semakin kuat kepadanya. Tapi mengapa dengan teganya ia memperlakukanku seperti ini?

Hingga saat ini aku berusaha untuk menghilangkan segala kenangan bersamanya selama dua tahun ini. Namun sekuat apapun aku berusaha memori itu akan selalu ada. Sepanjang hujan akhir tahun ini terus mengguyur maka kurasa sakit ini masih akan terus mengguyur hati ini.
***

“Kamu gak ada acara nyambut tahun baru malam nanti dek?”Mama bertanya saat sarapan pagi.
“Gak tau ma,”
“Pergi aja dek, mana tau kamu lebih fresh kalau udah jalan bareng teman-teman”
“Iya ma, ntar deh nanya sinta dia ada acara apa enggak”

Hingga akhirnya aku berada disini pada malam ini. Di tempat keramaian orang yang akan menyaksikan pergantian tahun baru. Aku bertanya dalam hati sebenarnya apa yang dicari orang-orang ini disini. Apakah mereka sama seperti aku, hanya berusaha membuang semua kenangan dengan bersenang-senang diluar padahal aslinya aku sangat rapuh.

Saat semua orang tertawa aku pun ikut tertawa. Saat orang bernyanyi aku pun ikut bernyanyi. Demi apapun sungguh aku merasa gila. Gila dari dalam hati yang terdalam. Aku tak tahu apa yang kubutuhkan sekarang. Aku merasa sangat rapuh.

Hingga aku tak sadar dengan apa yang tengah kulakukan, sinta mengembalikanku ke dunia nyata. Ia membawa ku sudut gedung dimana tak ada keramaian disana.

“Kamu kenapa sih, din?”Sinta mulai bertanya padaku.
“Kenapa apanya, sin?”
“Kamu gak seperti kamu. Aku tahu itu. Kita berteman sudah lama. Kalau ada masalah cerita sama aku. Aku tahu kamu sedang menyembunyikan sesuatu.”

Aku hanya terdiam sesaat. Setelahnya air mata mengalir sangat deras. Aku tak bisa memendamnya lagi. Benteng pertahananku runtuh. Aku benar-benar sakit.

Sinta membiarkanku menangis. Aku terus mengeluarkan air mata dan memeluknya. Aku merasa bebanku sedikit berkurang. Hingga setengah jam aku menangis, akhirnya aku menceritakan semuanya. Tentang hati yang tak bisa berbohong, tentang insan yang bisa melupakan segalanya dan juga tentang hujan malam itu.

Bertepatan dengan selesainya aku bercerita kepada sinta, terdengar tiupan terompet dimana-mana yang menandakan tepat pukul 00.00. tahun baru 2014 sudah datang, beriringan dengan gerimis hujan yang tampaknya juga turut memeriahkan momen pergantian tahun ini. Berbeda dengan hujan tahun kemarin, aku rasa ini hujan baru dengan segala kenangan baru di depan mata.

Tahun sudah berganti. Luapan hati juga sudah keluar dari sarangnya. Kini saatnya aku mulai membuka lembaran baru. Untuk apa memikirkan orang yang tak lagi peduli dengan kita. Aku berjanji kepada diri sendiri akan menjadi aku yang baru yang lebih ceria dan melupakan masa lalu. Aku yang baru sudah dilahirkan kembali. Selamat datang tahun 2014! I’m here with the new self.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau ada yang mau disampaikan tinggalkan comment ya ^^ Thank you :)