Malam ini perpisahan
itu kembali membayang. Disaat hal itu sudah memblur secara perlahan, hujan mampu
kembali mengingatkan segalanya. Kala itu aku sedang duduk menatap nanar
rintikan hujan di luar jendela. Menikmati aroma hujan yang melewati ventilasi
di kamar masuk menuju indra penciuman. Aroma yang menenangkan. Lagi-lagi aku
hujan akhir tahun membawa gelombang menuju masa lalu yang berusaha kulupakan.
“Dek, piringnya dicuci
dulu, baru masuk kamar,”terdengar suara mama memanggilku dari luar.
“Iya, ma”
Aku bergegas keluar
kamar dan segera mencuci piring yang tadi kutelentarkan begitu saja.
“Kamu kenapa? Kok
wajahnya sendu gitu?”Mama bertanya kepadaku.
“Enggak ada kok ma,
cuma sedikit gak enak badan aja,”ucapku berbohong.
“Yasudah, selepas ini
kamu langsung tiduran saja di kamar biar pekerjaan lainnya mama saja yang
menyelesaikan.”
“Iya ma”
Aku kembali menuju
kamar dan mengunci pintu kamar dengan pelan. Aku duduk terdiam sambil memeluk
lutut yang kutekuk dengan erat. Di kamar ini aku bebas untuk menatap hujan yang
dari tadi tampaknya enggan untuk menyudahi rintikannya.
Malam ini aku akan
menghabiskan akhir tahun di dalam kamar ini. Beriringan dengan hujan yang tak
kunjung reda aku akan terus setia menemaninya hingga ia menghilang diserap oleh
tanah yang juga basah dijamah oleh rintikannya.
Dua hari lagi sudah
merupakan awal tahun 2014. Sedangkan malam ini merupakan malam kedua terakhir
dari tahun 2013. Bukannya bersenang-senang menyambut tahun baru seperti yang
lain, aku malah menyendiri di kamar dan tak membiarkan satu orangpun mengganggu
kenyamanan yang kuciptakan ini.
Lamunanku tersentak
disaat petir menyambar melalui jendela tempatku menatap hujan. Aku langsung
menutup tirai jendela dan membuka laptop. Walaupun hari sudah menunjukkan pukul
11 malam, namun mataku tak bisa untuk dipejamkan. Alhasil aku mencari kesibukan
lain untuk menghilangkan rasa pedih yang sedari tadi berusaha untuk kupendam.
***
Kejadiannya tepat dua
malam kemarin disaat kurasa semuanya baik-baik saja, terjangan badai itu
muncul. Ia memutuskanku secara sepihak tanpaku tahu penyebabnya apa. Aku yang
sudah terlanjur cinta dengan sepenuh hati hanya bisa terdiam dalam air mata
yang terus menerus mengalir. Disaat semua sudah diatur sesempurna munkin ia
menghujamku dengan pisau yang sangat tajam. Aku sebagai wanita tak bisa berbuat
apa-apa. Sungguh, aku sakit.
Kutahu, ia mungkin
sudah bosan denganku. Karena memang sudah dua tahun kami menjalani hubungan
ini. Mungkin baginya membosankan, namun aku tidak. Rasa ini semakin hari
semakin kuat kepadanya. Tapi mengapa dengan teganya ia memperlakukanku seperti
ini?
Hingga saat ini aku
berusaha untuk menghilangkan segala kenangan bersamanya selama dua tahun ini.
Namun sekuat apapun aku berusaha memori itu akan selalu ada. Sepanjang hujan
akhir tahun ini terus mengguyur maka kurasa sakit ini masih akan terus mengguyur
hati ini.
***
“Kamu gak ada acara
nyambut tahun baru malam nanti dek?”Mama bertanya saat sarapan pagi.
“Gak tau ma,”
“Pergi aja dek, mana
tau kamu lebih fresh kalau udah jalan bareng teman-teman”
“Iya ma, ntar deh nanya
sinta dia ada acara apa enggak”
Hingga akhirnya aku
berada disini pada malam ini. Di tempat keramaian orang yang akan menyaksikan
pergantian tahun baru. Aku bertanya dalam hati sebenarnya apa yang dicari
orang-orang ini disini. Apakah mereka sama seperti aku, hanya berusaha membuang
semua kenangan dengan bersenang-senang diluar padahal aslinya aku sangat rapuh.
Saat semua orang
tertawa aku pun ikut tertawa. Saat orang bernyanyi aku pun ikut bernyanyi. Demi
apapun sungguh aku merasa gila. Gila dari dalam hati yang terdalam. Aku tak
tahu apa yang kubutuhkan sekarang. Aku merasa sangat rapuh.
Hingga aku tak sadar
dengan apa yang tengah kulakukan, sinta mengembalikanku ke dunia nyata. Ia
membawa ku sudut gedung dimana tak ada keramaian disana.
“Kamu kenapa sih,
din?”Sinta mulai bertanya padaku.
“Kenapa apanya, sin?”
“Kamu gak seperti kamu.
Aku tahu itu. Kita berteman sudah lama. Kalau ada masalah cerita sama aku. Aku
tahu kamu sedang menyembunyikan sesuatu.”
Aku hanya terdiam
sesaat. Setelahnya air mata mengalir sangat deras. Aku tak bisa memendamnya
lagi. Benteng pertahananku runtuh. Aku benar-benar sakit.
Sinta membiarkanku
menangis. Aku terus mengeluarkan air mata dan memeluknya. Aku merasa bebanku
sedikit berkurang. Hingga setengah jam aku menangis, akhirnya aku menceritakan
semuanya. Tentang hati yang tak bisa berbohong, tentang insan yang bisa
melupakan segalanya dan juga tentang hujan malam itu.
Bertepatan dengan
selesainya aku bercerita kepada sinta, terdengar tiupan terompet dimana-mana
yang menandakan tepat pukul 00.00. tahun baru 2014 sudah datang, beriringan
dengan gerimis hujan yang tampaknya juga turut memeriahkan momen pergantian
tahun ini. Berbeda dengan hujan tahun kemarin, aku rasa ini hujan baru dengan
segala kenangan baru di depan mata.
Tahun sudah berganti.
Luapan hati juga sudah keluar dari sarangnya. Kini saatnya aku mulai membuka
lembaran baru. Untuk apa memikirkan orang yang tak lagi peduli dengan kita. Aku
berjanji kepada diri sendiri akan menjadi aku yang baru yang lebih ceria dan
melupakan masa lalu. Aku yang baru sudah dilahirkan kembali. Selamat datang
tahun 2014! I’m here with the new self.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kalau ada yang mau disampaikan tinggalkan comment ya ^^ Thank you :)