12 Mei 2014

Kemungkinan Terburuk

Pernahkah kalian merasakan air mata menggenang ketika tidak dalam suasana yang menyedihkan? Saat kehidupan berjalan dengan tidak adanya batu besar yang menghadang namun pada saat itu kamu merasa ketakukan yang teramat sangat. Rasa takut akan kehilangan semua kesempurnaan yang membuat hari-harimu begitu tidak ada cela. Dan kini rasa itu sudah sampai kepadaku.

Sore itu seperti biasa langit mulai menunjukkan gejala hendak memadu-madankan warna merah jingga nan memesona. Aku dalam diamku menatap sekeliling jalanan yang selalu berganti dengan cepat. Sesekali menatap langit dan kembali menatap jalanan beserta bangunan-bangunan yang berjejer di tepinya.

Saat itu petuah seseorang yang terlalu kusayang membuat bulir-bulir air mata ini turun secara diam-diam. Dalam diam kumerenung sendiri menyimak setiap perkataan yang kudengar. Pembicaraan sore itu meluncur pada masa-masa saat aku begitu rapuh dan menganggap Tuhan ini begitu kejam kepadaku. Aku merasa kejadian itu meluncur kembali di hadapanku, membuatku tak sanggup lagi membayangkannya. Bahkan untuk menolehpun aku tak bisa.

Suasana diluar begitu ramai dengan segerombolan orang yang terus bergantian berlalu-lalang. Setiap kalimat yang muncul dari mulut orang yang kusayang itu sangat menusuk ruang hatiku. Aku tak sanggup lagi jika harus menatap realita bahwa memang inilah adanya. Aku dengan kehidupan yang berbeda dari kebanyakan orang lainnya begitu bersyukur dengan hidup yang sekarang.

Pada titik inilah-saat semua kurasa lengkap dan indah, aku takut untuk kehilangan semuanya. Sekilas aku membayangkan hal-hal terburuk yang bisa saja sewaktu-waktu terjadi. Membayangkannya saja mataku langsung berkaca-kaca bagaimana jika itu benar-benar terjadi. Aku tak bisa bayangkan bagaimana hidupku setelah hal itu terjadi. Aku takut sampai pada masa bayang-bayang ini.

Bagaimanapun aku menolak agar itu tidak terjadi maka semakin besar rasa takutku untuk segala kemungkinan buruk yang bisa saja menerpa. Tuhan sudah mengatur segala yang belum terjadi dengan amat sangat rapi. Aku sebagai umat tak bisa menyangkal semua yang telah ditetapkan. Aku hanya takut untuk sampai pada kemungkinan terburuk itu. Aku tak tau lagi mau dibawa kemana kaki ini hendak melangkah. Dengan segala keterbatasan, bisa apa aku ini.

Semoga saja ada sisi lain dari ketakutan yang tengah kurasakan ini.

1 komentar:

  1. mungkin dengan kata lain, nyebutnya "khawatir"
    banyak berdoa ya mbak.
    semoga itu hanya tinggal kemungkinan.
    karena Kuasa itu mutlak tiada keraguan.
    takut itu muncul kadang dari bisikan setan.
    walau mungkin itu kenyataan,
    tapi tetap saja itu bukan akhir kehidupan.
    di sana masih ada yg namanya masa depan.
    yang ujungnya tidak kelihatan.
    janganka mata, logika saja tidak bisa menyangkakan.
    terlebih perasaan.
    berharap saja yang baik kepada Tuhan.

    *Ini apaan*

    BalasHapus

Kalau ada yang mau disampaikan tinggalkan comment ya ^^ Thank you :)