16 November 2014

Menghapus Kenangan

Mobil itu terus melaju. Berjalan hening menyusuri setiap kenangan yang melintas. Satu persatu ia datang dan dengan mudahnya hilang begitu saja. Aku seorang gadis seperti layaknya gadis lain, ingin menghirup udara cinta dalam kedamaian. Namun tampaknya alam belum mengizinkan. Kaku, hampa, kosong, dan tak ada bunga yang bermekaran. 

Jalan ini masih sama, masih seperti dahulu ketika aku dan kamu bercerita panjang tentang segala hal. Wajah jenaka yang kau tunjukkan membuatku ingin menghentikan jam dinding yang berputar. Ingin rasanya barang sejenak saja, biarkan semua ini terus ada berada di sisiku. Hati ini benar-benar hampa jika semua hilang begitu saja. Biarkan bayangan semu ini menari di rerumputan. Memetik setiap kembang dan membawanya pulang.

Aku dengan sejuta kenangan tak sanggup jika menahannya sendirian. Ketika langkah menapaki setiap tempat, entah mengapa kamu selalu membayang. Enyahlah, biarkan aku sendiri. Pergi ke tempat yang entah dimana rimbanya, aku tak peduli. Ingin berteriak di antara banyaknya kerumunan asing, mengutuk keadaan yang seringkali disesali. Aku, kamu dan semesta tampaknya memang tak pernah sejalan. 

Mobil itu berhenti, menghentikan lamunan panjangku. Menutup semua kenangan yang sengaja kubiarkan menganga. Tampak sepasang kekasih asik bercerita seakan tak mengindahkan alam sekitarnya. Aku dengan kekosongan terus memperhatikan mereka. Berpikir betapa indahnya hidup, ruang hati itu selalu berbunga dan sinar cahaya yang memantul menimbulkan kebahagiaan. Entah apa yang tengah merasukiku kala itu, aku berharap sinar itu padam layaknya kegelapan yang menggelayutiku.

Kamu dengan sejuta bayangan itu belum sepenuhnya bisa kuhapus dari ingatku. Kamu tak tahu betapa besarnya kekuatan kenangan itu bagiku. Kini setelah semua menghilang begitu saja, aku masih tak bisa memaafkan semesta yang tega mengambil semuanya, termasuk kamu. Menyusuri kota dengan kekosongan dan aku begitu kesakitan. Di tengah keramaian asing, aku merasa benar-benar menjadi abu yang tak berguna. 

Jika suatu saat aku tak lagi berada disini, kuingin kau tahu bahwa aku masih merindukan kita. Kita yang dulu kau janjikan, dan dengan mudahnya kau ingkarkan. Ah, biarlah mobil itu terus melaju kencang meninggalkan bangunan tua dan gedung megah dengan muka tak bersalah menertawakanku. Ya, tampaknya aku dengan kebodohan ini diam-diam masih berharap pada keajaiban kuno. 

Seandainya waktu bisa berputar....... Aku tak ingin pernah mengenalmu........ Agar aku tak pernah merasakan kepedihan yang ku tak tahu dimana ujungnya. Biarlah kamu dan waktu terus tenggelam dan tidak menyisakan apapun........ Sampai pada saatnya ruang kosong itu terisi dan aku berjanji benar-benar akan menghapus semua tentang kenangan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau ada yang mau disampaikan tinggalkan comment ya ^^ Thank you :)